Rabu, 25 Juni 2008

Sebuah pemikiran.. untuk Anda yang telah dan sedang mencari pasangan hidup...


Antara Cinta dan Kecocokan
Apa yang Anda lihat dari pasangan Anda, Cinta atau Cocok? Hal-hal yang membuat anda Cinta padanya atau Hal-hal yang Anda merasa Cocok dengan pasangan? Apakah harus mencari kecocokan dulu untuk mencintai seseorang, ataukah mencintai seseorang dan lalu mencari kecocokan diantara Anda dan pasangan Anda?

Seringkali Tanpa sadar kita terjebak pada pemikiran seperti ini, bahwa mengarungi hidup dengan seseorang yang kita cintai harus mempertimbangkan mengenai adanya kecocokan atau ketidak-cocokan antara kita dengan pasangan.. Suatu pemikiran yang menurut saya (jika tidak bisa dikatakan sangat mustahil) amat sulit untuk diterapkan.

Bagaimana mungkin mencari seseorang yang memiliki semua hal-hal yang harus cocok dengan Anda??? Mungkin dalam beberapa hal Anda memiliki kecocokan dengan pasangan Anda, tapi coba lihat.. betapa banyak ketidak-cocokan yang ada pada Anda dan pasangan Anda. Lalu apakah itu lantas menjadi alasan Anda tidak bisa berjalan bersama dengan pasangan (suami atau isri) menapaki perjalanan yang panjang, sebagaimana apa yang dulu Anda dan pasangan Anda cita-citakan... menjalani hidup bersama dalam suka dan duka dalam keridhoan Allah SWT, karena sesungguhnya Allah adalah saksi bagi tiap2 pernikahan manusia.

Begitu banyak hal2 yang tidak Anda sukai pada pasangan Anda. Begitu banyak hal2 yang tidak cocok antara Anda dengan pasangan. Barangkali kalau Anda buat daftar apa2 yang Anda sukai, bisa jadi ternyata tidak sama dengan apa yang disukai pasangan Anda.

Mari kita lihat:

- Untuk hal-hal yang prinsip, mungkin Anda tidak cocok dengan pasangan (istri) dalam hal mendidik anak. Anda mungkin lebih memilih menerapkan sikap tegas dan keras dalam mendidik anak, sedangkan pasangan Anda mungkin memilih menerapkan kasih sayang dan kelembutan.. TIDAK COCOK!

- Contoh hal yang ringan.. Anda mungkin menyukai hal-hal yang bersifat kegiatan di luar rumah, misalnya Makan di luar, Nonton Bioskop, Melakukan Petualangan (Riding) ke luar kota.. Mungkin pasangan Anda tidak menyukai semua itu... TIDAK COCOK!

- Mungkin Anda termasuk orang yang sangat perfeksionis dan suka memperhatikan segala sesuatu secara detail.. Sementara pasangan Anda termasuk orang yang agak ceroboh dan kurang memperhatikanhal2 detail... TIDAK COCOK!

- Misal Anda suka membaca, sementara pasangan Anda tidak.. TIDAK COCOK!

- Barangkali Anda termasuk penyuka film Action/Thriller/Drama/Fiksi, sedangkan pasangan Anda menyukai film Komedi.. TIDAK COCOK!

- Anda termasuk orang yg boros, pasangan Anda hemat.. TIDAK COCOK!

Dan masih banyak hal lain yang bisa kita buat sebagai daftar ketidak cocokan...

Bisa jadi banyak hal2 yang mungkin disukai pasangan Anda, sementara Anda tidak menyukainya... Karena Manusia pada dasarnya memang dilahirkan sebagai makhluk yang kompleks dan dengan isi kepala dan keinginan yang beragam, dan selalu mengalami perubahan seiring dengan pertambahan usia yang mempengaruhi kedewasaan sikap seseorang. Maka akan selalu ada ketidak-cocokan antara Anda dengan pasangan Anda. Allah menciptakan segala sesuatu berlawanan di dunia ini, dan menjadikan semua itu sesuatu yang Anda sebut sebagai HARMONI.. KESEIMBANGAN.

THEN SO WHAT????

Apakah ini menjadi penghalang untuk Anda bisa terus berjalan dengan pasangan Anda???
No, I dont think so!!!

Ketidak-cocokan adalah anugerah yang membuat hidup Anda sangat dinamis dan semarak. Allah menciptakan segala sesuatu berlawanan di dunia ini, dan menjadikan semua itu sebagai sesuatu yang sering kita sebut sebagai HARMONI.. KESEIMBANGAN dan KESELARASAN.

Ketidak-cocokan adalah sarana bagi Anda untuk saling menghargai pasangan Anda, menerima pasangan Anda apa adanya.. as a human being. Not as an angel.. Karena kesempurnaan adalah milik Sang Khalik dan apa2 yang Dia inginkan agar sempurna.

Ketidak-cocokan adalah cara Anda untuk menyatakan:

"HOW MUCH I LOVE YOU.. I dont care about what's different between us. What I care is, God has given me some one to whom I fall in love with.. Fall in love with you..." Allah yang memberikan kasih sayang ini (atau apa yang Anda sebut sebagai CINTA) agar Anda bisa menjalani kehidupan ini seterusnya bersama pasangan Anda.

Allah yang menciptakan cinta yang tumbuh di hati Anda dan pasangan Anda masing-masing, dan Allah yang mempertautkannya sehingga Anda menjadi berpasang-pasangan, dalam ikatan pernikahan... Agar dengannya Anda bisa menikmati kenikmatan duniawi, memiliki keturunan.. Hidup dalam kesempurnaan sebagai manusia.. Hidup dalam keharmonisan dan keselarasan sebesar apapun perbedaan yang ada karena cinta telah menjadi pengikat yang erat.. dan cita-cita yang sama sebagai tujuan hidup, menjadi keluarga SAKINAH, MAWADDAH, WA RAHMAH... Hingga akhir hayat Anda. Dan... Cinta jugalah yang pada akhirnya akan mempertemukan Anda dan pasangan Anga kelak di akhirat nanti..

"Di akhirat nanti, setiap laki-laki akan ditemani oleh istri-istrinya".. Istri/Suami adalah pakaian bagimu. Maka sudah seharusnya Anda menutupi segala kekurangan (dalam pengertian lain ketidak-cocokan) pasangan Anda dengan baik.

Cinta Sejati
Cinta sejati adalah cinta yang berakar di dalam hati, tumbuh dan bersemi setiap hari, setiap saat, setiap detik, tak kenal waktu, dan yang menjadikan Anda dan pasangan Anda bangun dan terjaga setiap pagi dan merasa Anda seakan baru saja bertemu dan merasakan jatuh cinta dengan pasangan Anda kemarin..

Cinta sejati adalah ketika Anda merayakan hari jadi pernikahan yang ke 5.. ke 10.. ke 15.. ke 17.. ke 20.. ke 25 dan seterusnya, sementara Anda seakan merasa bahwa Anda baru saja menikah setahun yang lalu, atau 6 bulan yang lalu, atau.. rasanya baru seminggu yang lalu.. atau, ahhh.. seperti baru terjadi kemarin. J

Cinta sejati adalah cinta yang tidak mengenal perbedaan n ketidak cocokan. Cinta sejati adalah cinta yang karenanya Anda bisa mengabaikan hal-hal yang negatif pada pasangan Anda dan menjadikan Anda yakin dan berani mengatakan bahwa pasangan Anda (saat ini) adalah yang sempurna dan yang membuat Anda sempurna... dan lengkap. "You fill me up and you make my life complete", begitu orang barat sering bilang... J

Bagi yang telah menjalani kehidupan sebagai suami istri, cobalah hitung berapa lama anda telah menjalani kehidupan dengan pasangan anda. Pernahkah anda merasakan, sepertinya baru kemarin anda dan pasangan bertemu.. Dan lihatlah, betapa banyak perbedaan dan ketidak cocokan yang ada pada anda dan pasangan anda.. Namun betapa hebatnya cinta yang anda dan pasangan anda miliki, telah merubah ketidak-cocokan menjadi sebuah KEHARMONISAN.. dan KESELARASAN.. Itulah keindahan dari Cinta.. Hakekat Cinta yang sesungguhnya.

Mencari Pasangan Yang Cocok???
Memang tidak selamanya salah, namun juga tidak seharusnya demikian. Why? Alasan mencari kecocokan atau menghindari ketidak-cocokan, hanya akan menjadikan seseorang berada dalam pencarian yang tidak berakhir.. How come? Karena tidak mungkin mencari seseorang yang 100% memiliki kesamaan dan kecocokan dengan Anda. Masa berpacaran (apalagi berlama-lama) yang menjadi dalih untuk mencari tahu kesesuaian (kecocokan) antara laki2 dan perempuan, hanya akan merugikan pihak perempuan. Apakah Anda ingin 'dipacari' ketika pasangan Anda merasa cocok dengan Anda, lalu suatu ketika Anda ditinggalkan pasangan Anda hanya karena pasangan Anda mendapatkan kenyataan bahwa Anda dan pasangan tidak memiliki kecocokan. Atau sebaliknya.. apakah Anda begitu tega hati 'memacari' pasangan Anda semata-mata untuk mencari kecocokan terlebih dahulu dan lalu meninggalkan pasangan Anda ketika menyadari tidak cocok. Apalagi sampai 'habis manis sepah dibuang'... Itukah yang Anda inginkan? Tegakah Anda bersikap seperti demikian?

Think About It!!!
Maka ketika Anda merasakan Cinta itu datang --Cinta yang datangnya dari hati dan bukan Cinta yang disilaukan oleh pandangan.. pasangan yang cantik/gagah, harta yang melimpah, sikap yang baik dan manis, dll-- maka tangkaplah. Cinta yang Allah telah menggetarkan lubuk hati Anda yang paling dalam dan memberikan keyakinan pada Anda.. bahwa inilah pasangan (jodoh) yang diberikan Allah kepada Anda. Dan ketika anda ragu.. maka berdoalah: "Ya Allah, jika dia memang benar-benar seseorang yang baik untukku dan Engkau berikan untukku, maka dekatkanlah dan permudahlah.. Namun jika dia memang seseorang yang kelak akan membawa mudharat bagiku, maka bukakanlah mata hatiku agar aku bisa melihatnya".. Sesungguhnya wanita yang baik akan memperoleh laki-laki yang baik.. Dan laki-laki yang baik, akan memperoleh wanita yang baik..


[Ramli Firmanco - "Sebuah Pemikiran"] Februari 2006 ... belajar menulis

Jumat, 23 Mei 2008

Eat Less Rice

The human body was never meant to consume rice! You see, our genes have hardly changed in more than 30,000 years. However, our food choices and lifestyle have changed dramatically. The caveman would hardly recognise our food or way of life.

Caveman food was never cooked as fire was not yet tamed. Thus, he ate only those foods that you can eat without treatment with or by fire. He ate fruits, vegetables, fish (sushi anyone?), eggs, nuts and meat. Yes, even meat. You can even eat meat raw if you were starving in the forest. You have the necessary enzymes to digest meat.

However, rice, like wheat and corn, cannot be eaten raw. It must be cooked. Even if you were starving in the desert, you cannot eat rice in the raw form. This is because we do not have the system of enzymes to break rice down. You were never meant to eat rice. To make matters worse, you not only eat rice, but also make it the bulk of your food.

In some parts of Asia, rice forms up to 85% of the plate. Even if you take rice, keep it to a minimum. Remember, it is only for your tongue - not your body. Actually, rice and other grains like wheat and corn are actually worse than sugar. There are many reasons:

Rice becomes sugar - lots of it!

This is a fact that no nutritionist can deny: rice is chemically no different from sugar. One bowl of cooked rice is the caloric equal of 10 teaspoons of sugar. This does not matter whether it is white, brown or herbal rice. Brown rice is richer in fibre, some B vitamins and minerals but it is still the caloric equal of 10 teaspoons of sugar. To get the same 10 teaspoons of sugar, you need to consume lots of kangkong-10 bowls of it.

Rice is digested to become sugar.

Rice cannot be digested before it is thoroughly cooked. However, when thoroughly cooked, it becomes sugar and spikes circulating blood sugar within half an hour-almost as quickly as it would if you took a sugar candy. Rice is very low in the 'rainbow of anti-oxidants. '

This complete anti-oxidant rainbow is necessary for the effective and safe utilisation of sugar. Fruits come with a sugar called fructose. However, they are not empty calories as the fruit is packed with a whole host of other nutrients that help its proper assimilation and digestion.

Rice has no fibre. The fibre of the kangkong fills you up long before your blood sugar spikes. This is because the fibre bulks and fills up your stomach. Since white rice has no fibre, you end up eating lots of 'calorie dense' food before you get filled up. Brown rice has more fibre but still the same amount of sugar.

Rice is tasteless-sugar is sweet. There is only so much that you can eat at one sitting. How many teaspoons of sugar can you eat before you feel like throwing up? Could you imagine eating 10 teaspoons of sugar in one seating?

Rice is always the main part of the meal. While sugar may fill your dessert or sweeten your coffee, it will never be the main part of any meal. You could eat maybe two to three teaspoons of sugar at one meal. However, you could easily eat the equal value of two to three bowls (20-30 teaspoons) of sugar in one meal. I am always amused when I see someone eat sometimes five bowls of rice (equals 50 teaspoons of sugar) and then asks for tea tarik kurang manis!

There is no real 'built in' mechanism for us to prevent overeating of rice:

How much kangkong can you eat?
How much fried chicken can you eat?
How much steamed fish can you eat?
Think about that!

In one seating, you cannot take lots of chicken, fish or cucumber, but you can take lots of rice. Eating rice causes you to eat more salt.

As rice is tasteless, you tend to consume more salt-another villain when it comes to high blood pressure. You tend to take more curry that has salt to help flavor rice. We also tend to consume more ketchup and soy sauce which are also rich in salt.

Eating rice causes you to drink less water. The more rice you eat, the less water you will drink as there is no mechanism to prevent the overeating of rice. Rice, wheat and corn come hidden in our daily food. As rice is tasteless, it tends to end up in other foods that substitute rice like rice flour, noodles and bread. We tend to eat the hidden forms which still get digested into sugar. Rice, even when cooked, is difficult to digest.

Can't eat raw rice? Try eating rice half cooked. Contrary to popular belief, rice is very difficult to digest. It is 'heavy stuff'. If you have problems with digestion, try skipping rice for a few days. You will be amazed at how the problem will just go away.

Rice prevents the absorption of several vitamins and minerals. Rice when taken in bulk will reduce the absorption of vital nutrients like zinc, iron and the B vitamins.

Are you a rice addict? Going rice-less may not be easy but you can go rice-less. Eating less rice could be lot easier than you think. Here are some strategies that you can pursue in your quest to eat less rice:

Eat less rice-cut your rice by half. Barry Sears, author of the Zone Diet, advises 'eating rice like spice'.

Instead, increase your fruits and vegetables.
Take more lean meats and fish.
You can even take more eggs and nuts.

Have 'riceless' meals. Take no rice or wheat at say, breakfast. Go for eggs instead.

Go on 'riceless' days-Go 'western' once a week.

Take no rice and breads for one day every week. That can't be too difficult. Appreciate the richness of your food. Go for taste, colours and smells. Make eating a culinary delight. Enjoy your food in the original flavours.

Avoid the salt shaker or ketchup. You will automatically eat less rice.

Eat your fruit dessert before (Yes! No printing error) your meals.
The fibre rich fruits will 'bulk up' in your stomach. Thus, you will eat less rice and more fruits.
It's your life. Decide what you want to eat!

Pohon yang Kehilangan Rohnya

cerita tentang salah satu kebiasaan yang ditemui pada penduduk yang tinggal di sekitar kepulauan Solomon, yang letaknya di Pasifik Selatan. Nah, penduduk primitif yang tinggal di sana punya sebuah kebiasaan yang menarik yakni meneriaki pohon. Untuk apa? Kebiasaan ini ternyata mereka lakukan apabila terdapat pohon dengan akar-akar yang sangat kuat dan sulit untuk dipotong dengan kapak.
Inilah yang mereka lalukan, dengan tujuan supaya pohon itu mati.
Caranya adalah, beberapa penduduk yang lebih kuat dan berani akan memanjat hingga ke atas pohon itu.
Lalu, ketika sampai di atas pohon itu bersama dengan penduduk yang ada di bawah pohon, mereka akan berteriak sekuat-kuatnya kepada pohon itu. Mereka lakukan teriakan berjam-jam, selama kurang lebih empat puluh hari. Dan apa yang terjadi sungguh menakjubkan. Pohon yang diteriaki itu perlahan-lahan daunnya akan mulai mengering. Setelah itu dahan-dahannya juga mulai akan rontok dan perlahan-lahan pohon itu akan mati dan dengan demikian, mudahlah ditumbangkan.
Kalau kita perhatikan apa yang dilakukan oleh penduduk primitif ini sungguhlah aneh. Namun kita bisa belajar satu hal dari mereka. Mereka telah membuktikan bahwa teriakan-teriakan yang dilakukan terhadap mahkluk hidup tertentu seperti pohon akan menyebabkan benda tersebut kehilangan rohnya.
Akibatnya, dalam waktu panjang, makhluk hidup itu akan mati. Nah, sekarang apakah yang bisa kita pelajari dari kebiasaan penduduk primitif di kepulauan Solomon ini? O, sangat berharga sekali! Yang jelas, ingatlah baik-baik bahwa setiap kali Anda berteriak kepada mahkluk hidup tertentu maka berarti Anda sedang mematikan rohnya.
Pernahkah kita berteriak pada anak kita? Ayo cepat! Dasar leletan! Bego banget sih.. Hitungan mudah begitu aja nggak bisa dikerjakan... Ayo, jangan main-main disini. Berisik! Bising!
Atau, pernahkah kita berteriak kepada orang tua kita karena merasa mereka membuat kita jengkel? Kenapa sih makan aja berceceran? Kenapa sih sakit sedikit aja mengeluh begitu? Kenapa sih jarak dekat aja minta diantar?
Mama, tolong nggak usah cerewet, boleh nggak? Atau, mungkin kitapun berteriak balik kepada pasangan hidup kita karena kita merasa sakit hati? Cuih! Saya nyesal kawin dengan orang seperti kamu, tahu nggak?! Bodoh banget jadi laki nggak bisa apa-apa! Aduh.. Perempuan kampungan banget sih?!
Atau, bisa seorang guru berteriak pada anak didiknya. Eh tolol, soal mudah begitu aja nggak bisa. Kapan kamu mulai akan jadi pinter?
Ingatlah, setiap kali kita berteriak pada seseorang karena merasa jengkel, marah, terhina, terluka ingatlah dengan apa yang diajarkan oleh penduduk kepulauan Solomon ini. Mereka mengajari kita bahwa setiap kali kita mulai berteriak, kita mulai mematikan roh pada orang yang kita cintai. Kita juga mematikan roh yang mempertautkan hubungan kita. Teriakan-teriakan, yang kita keluarkan karena emosi-emosi kita perlahan-lahan, pada akhirnya akan membunuh roh yang telah melekatkan hubungan kita.
Jadi, ketika masih ada kesempatan untuk berbicara baik-baik, cobalah untuk mendiskusikan mengenai apa yang Anda harapkan. Coba kita perhatikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Teriakan, hanya kita berikan tatkala kita bicara dengan orang yang jauh jaraknya, bukan?! Nah, tahukah Anda mengapa orang yang marah dan emosional, mengunakan teriakan-teriakan padahal jarak mereka hanya beberapa belas centimeter. Mudah menjelaskannya. Pada realitanya,
meskipun secara fisik mereka dekat tapi sebenarnya hati mereka begituuuu jauhnya. Itulah sebabnya mereka harus saling berteriak.
Selain itu, dengan berteriak, tanpa sadar mereka pun mulai berusaha melukai serta mematikan roh pada orang yang dimarahi kerena perasaan-perasaan dendam, benci atau kemarahan yang dimiliki. Kita berteriak karena kita ingin melukai, kita ingin membalas.
Jadi mulai sekarang ingatlah selalu. Jika kita tetap ingin roh pada orang yang kita sayangi tetap tumbuh, berkembang dan tidak mati, janganlah menggunakan teriakan-teriakan. Tapi, sebaliknya apabila Anda ingin segera membunuh roh pada orang lain ataupun roh pada hubungan Anda, selalulah berteriak.
Hanya ada 2 kemungkinan balasan yang Anda akan terima. Anda akan semakin dijauhi. Ataupun Anda akan mendapatkan teriakan balik sebagai balasannya.
Saatnya sekarang, kita coba ciptakan kehidupan yang damai tanpa harus berteriak-teriak untuk mencapai tujuan kita.

Shi Sang Chi You Mama Hau ( Must Read - Good Story )

Alkisah,

Ada sepasang kekasih yang saling mencintai. Sang pria berasal dari keluarga kaya, dan merupakan orang yang terpandang di kota tersebut. Sedangkan sang wanita adalah seorang yatim piatu, hidup serba kekurangan, tetapi cantik, lemah lembut, dan baik hati.
Kelebihan inilah yang membuat sang pria jatuh hati.

Sang wanita hamil di luar nikah. Sang pria lalu mengajaknya menikah, dengan membawa sang wanita ke rumahnya. Seperti yang sudah mereka duga, orang tua sang pria tidak menyukai wanita tersebut. Sebagai orang yang terpandang di kota tersebut, latar belakang wanita tersebut akan merusak reputasi keluarga. Sebaliknya, mereka bahkan telah mencarikan jodoh yang sepadan untuk anaknya. Sang pria berusaha menyakinkan orang tuanya, bahwa ia sudah menetapkan keputusannya, apapun resikonya bagi dia.

Sang wanita merasa tak berdaya, tetapi sang pria menyakinkan wanita tersebut bahwa tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Sang pria terus berargumen dengan orang tuanya, bahkan membantah perkataan orangtuanya, sesuatu yang belum pernah dilakukannya selama hidupnya (di zaman dulu, umumnya seorang anak sangat tunduk pada orang tuanya).

Sebulan telah berlalu, sang pria gagal untuk membujuk orang tuanya agar menerima calon istrinya. Sang orang tua juga stress karena gagal membujuk anak satu-satunya, agar berpisah dengan wanita tersebut, yang menurut mereka akan sangat merugikan masa depannya.

Sang pria akhirnya menetapkan pilihan untuk kawin lari. Ia memutuskan untuk meninggalkan semuanya demi sang kekasih. Waktu keberangkatan pun ditetapkan, tetapi rupanya rencana ini diketahui oleh orang tua sang pria. Maka ketika saatnya tiba, sang orang tua mengunci anaknya di dalam kamar dan dijaga ketat oleh para bawahan di rumahnya yang besar.

Sebagai gantinya, kedua orang tua datang ke tempat yang telah ditentukan sepasang kekasih tersebut untuk melarikan diri. Sang wanita sangat terkejut dengan kedatangan ayah dan ibu sang pria. Mereka kemudian memohon pengertian dari sang wanita, agar meninggalkan anak mereka satu-satunya. Menurut mereka, dengan perbedaan status sosial yang sangat besar, perkawinan mereka hanya akan menjadi gunjingan seluruh penduduk kota, reputasi anaknya akan tercemar, orang-orang tidak akan menghormatinya lagi. Akibatnya, bisnis yang akan diwariskan kepada anak mereka akan bangkrut secara perlahan-lahan.

Mereka bahkan memberikan uang dalam jumlah banyak, dengan permohonan agar wanita tersebut meninggalkan kota ini, tidak bertemu dengan anaknya lagi, dan menggugurkan kandungannya. Uang tersebut dapat digunakan untuk membiayai hidupnya di tempat lain.

Sang wanita menangis tersedu-sedu. Dalam hati kecilnya, ia sadar bahwa perbedaan status sosial yang sangat jauh, akan menimbulkan banyak kesulitan bagi kekasihnya. Akhirnya, ia setuju untuk meninggalkan kota ini, tetapi menolak untuk menerima uang tersebut. Ia mencintai sang pria, bukan uangnya. Walaupun ia sepenuhnya sadar, jalan hidupnya ke depan akan sangat sulit.

Ibu sang pria kembali memohon kepada wanita tersebut untuk meninggalkan sepucuk surat kepada mereka, yang menyatakan bahwa ia memilih berpisah dengan sang pria. Ibu sang pria kuatir anaknya akan terus mencari kekasihnya, dan tidak mau meneruskan usaha orang tuanya. "Walaupun ia kelak bukan suamimu, bukankah Anda ingin melihatnya sebagai seseorang yang berhasil? Ini adalah untuk kebaikan kalian berdua", kata sang ibu.

Dengan berat hati, sang wanita menulis surat. Ia menjelaskan bahwa ia sudah memutuskan untuk pergi meninggalkan sang pria. Ia sadar bahwa keberadaannya hanya akan merugikan sang pria. Ia minta maaf karena telah melanggar janji setia mereka berdua, bahwa mereka akan selalu bersama dalam menghadapi penolakan-penolakan akibat perbedaan status sosial mereka. Ia tidak kuat lagi menahan penderitaan ini, dan memutuskan untuk berpisah. Tetesan air mata sang wanita tampak membasahi surat tersebut.

Sang wanita yang malang tersebut tampak tidak punya pilihan lain. Ia terjebak antara moral dan cintanya. Sang wanita segera meninggalkan kota itu, sendirian. Ia menuju sebuah desa yang lebih terpencil. Disana, ia bertekad untuk melahirkan dan membesarkan anaknya.

Tiga tahun telah berlalu. Ternyata wanita tersebut telah menjadi seorang ibu. Anaknya seorang laki-laki. Sang ibu bekerja keras siang dan malam, untuk membiayai kehidupan mereka. Di pagi dan siang hari, ia bekerja di sebuah industri rumah tangga, malamnya, ia menyuci pakaian-pakaian tetangga dan menyulam sesuai dengan pesanan pelanggan. Kebanyakan ia melakukan semua pekerjaan ini sambil menggendong anak di punggungnya. Walaupun ia cukup berpendidikan, ia menyadari bahwa pekerjaan lain tidak memungkinkan, karena ia harus berada di sisi anaknya setiap saat. Tetapi sang ibu tidak pernah mengeluh dengan pekerjaannya.

Di usia tiga tahun, suatu saat, sang anak tiba-tiba sakit keras. Demamnya sangat tinggi. Ia segera dibawa ke rumah sakit setempat. Anak tersebut harus menginap di rumah sakit selama beberapa hari. Biaya pengobatan telah menguras habis seluruh tabungan dari hasil kerja kerasnya selama ini, dan itupun belum cukup. Ibu tersebut akhirnya juga meminjam ke sana-sini, kepada siapapun yang bermurah hati untuk memberikan pinjaman.

Saat diperbolehkan pulang, sang dokter menyarankan untuk membuat sup ramuan, untuk mempercepat kesembuhan putranya. Ramuan tersebut terdiri dari obat-obat herbal dan daging sapi untuk dikukus bersama. Tetapi sang ibu hanya mampu membeli obat-obat herbal tersebut, ia tidak punya uang sepeserpun lagi untuk membeli daging. Untuk meminjam lagi, rasanya tak mungkin, karena ia telah berutang kepada semua orang yang ia kenal, dan belum terbayar.

Ketika di rumah, sang ibu menangis. Ia tidak tahu harus berbuat apa, untuk mendapatkan daging. Toko daging di desa tersebut telah menolak permintaannya, untuk bayar di akhir bulan saat gajian.

Diantara tangisannya, ia tiba-tiba mendapatkan ide. Ia mencari alkohol yang ada di rumahnya, sebilah pisau dapur, dan sepotong kain. Setelah pisau dapur dibersihkan dengan alkohol, sang ibu nekad mengambil sekerat daging dari pahanya. Agar tidak membangunkan anaknya yang sedang tidur, ia mengikat mulutnya dengan sepotong kain. Darah berhamburan. Sang ibu tengah berjuang mengambil dagingnya sendiri, sambil berusaha tidak mengeluarkan suara kesakitan yang teramat sangat.

Hujan lebatpun turun. Lebatnya hujan menyebabkan rintihan kesakitan sang ibu tidak terdengar oleh para tetangga, terutama oleh anaknya sendiri. Tampaknya langit juga tersentuh dengan pengorbanan yang sedang dilakukan oleh sang ibu.

Enam tahun telah berlalu, anaknya tumbuh menjadi seorang anak yang tampan, cerdas, dan berbudi pekerti. Ia juga sangat sayang ibunya. Di hari minggu, mereka sering pergi ke taman di desa tersebut, bermain bersama, dan bersama-sama menyanyikan lagu "Shi Sang Chi You Mama Hau" (terjemahannya "Di Dunia ini, hanya ibu seorang yang baik").

Sang anak juga sudah sekolah. Sang ibu sekarang bekerja sebagai penjaga toko, karena ia sudah bisa meninggalkan anaknya di siang hari. Hari-hari mereka lewatkan dengan kebersamaan, penuh kebahagiaan. Sang anak terkadang memaksa ibunya, agar ia bisa membantu ibunya menyuci di malam hari. Ia tahu ibunya masih menyuci di malam hari, karena perlu tambahan biaya untuk sekolahnya. Ia memang seorang anak yang cerdas.

Ia juga tahu, bulan depan adalah hari ulang tahun ibunya. Ia berniat membelikan sebuah jam tangan, yang sangat didambakan ibunya selama ini. Ibunya pernah mencobanya di sebuah toko, tetapi segera menolak setelah pemilik toko menyebutkan harganya. Jam tangan itu sederhana, tidak terlalu mewah, tetapi bagi mereka, itu terlalu mahal. Masih banyak keperluan lain yang perlu dibiayai.

Sang anak segera pergi ke toko tersebut, yang tidak jauh dari rumahnya. Ia meminta kepada kakek pemilik toko agar menyimpan jam tangan tersebut, karena ia akan membelinya bulan depan. "Apakah kamu punya uang?" tanya sang pemilik toko. "Tidak sekarang, nanti saya akan punya", kata sang anak dengan serius.

Ternyata, bulan depan sang anak benar-benar muncul untuk membeli jam tangan tersebut. Sang kakek juga terkejut, kiranya sang anak hanya main-main. Ketika menyerahkan uangnya, sang kakek bertanya "Dari mana kamu mendapatkan uang itu? Bukan mencuri kan?". "Saya tidak mencuri, kakek. Hari ini adalah hari ulang tahun ibuku. Saya biasanya naik becak pulang pergi ke sekolah. Selama sebulan ini, saya berjalan kaki saat pulang dari sekolah ke rumah, uang jajan dan uang becaknya saya simpan untuk beli jam ini. Kakiku sakit, tapi ini semua untuk ibuku. O ya, jangan beritahu ibuku tentang hal ini. Ia akan marah" kata sang anak. Sang pemilik toko tampak kagum pada anak tersebut.

Seperti biasanya, sang ibu pulang dari kerja di sore hari. Sang anak segera memberikan ucapan selamat pada ibu, dan menyerahkan jam tangan tersebut. Sang ibu terkejut bercampur haru, ia bangga dengan anaknya. Jam tangan ini memang adalah impiannya. Tetapi sang ibu tiba-tiba tersadar, dari mana uang untuk membeli jam tersebut. Sang anak tutup mulut, tidak mau menjawab.

"Apakah kamu mencuri, Nak?" Sang anak diam seribu bahasa, ia tidak ingin ibu mengetahui bagaimana ia mengumpulkan uang tersebut. Setelah ditanya berkali-kali tanpa jawaban, sang ibu menyimpulkan bahwa anaknya telah mencuri. "Walaupun kita miskin, kita tidak boleh mencuri. Bukankah ibu sudah mengajari kamu tentang hal ini?" kata sang ibu.

Lalu ibu mengambil rotan dan mulai memukul anaknya. Biarpun ibu sayang pada anaknya, ia harus mendidik anaknya sejak kecil. Sang anak menangis, sedangkan air mata sang ibu mengalir keluar. Hatinya begitu perih, karena ia sedang memukul belahan hatinya. Tetapi ia harus melakukannya, demi kebaikan anaknya.

Suara tangisan sang anak terdengar keluar. Para tetangga menuju ke rumah tersebut heran, dan kemudian prihatin setelah mengetahui kejadiannya. "Ia sebenarnya anak yang baik", kata salah satu tetangganya. Kebetulan sekali, sang pemilik toko sedang berkunjung ke rumah salah satu tetangganya yang merupakan family nya.

Ketika ia keluar melihat ke rumah itu, ia segera mengenal anak itu. Ketika mengetahui persoalannya, ia segera menghampiri ibu itu untuk menjelaskan. Tetapi tiba-tiba sang anak berlari ke arah pemilik toko, memohon agar jangan menceritakan yang sebenarnya pada ibunya.

"Nak, ketahuilah, anak yang baik tidak boleh berbohong, dan tidak boleh menyembunyikan sesuatu dari ibunya". Sang anak mengikuti nasehat kakek itu. Maka kakek itu mulai menceritakan bagaimana sang anak tiba-tiba muncul di tokonya sebulan yang lalu, memintanya untuk menyimpan jam tangan tersebut, dan sebulan kemudian akan membelinya. Anak itu muncul siang tadi di tokonya, katanya hari ini adalah hari ulang tahun ibunya. Ia juga menceritakan bagaimana sang anak berjalan kaki dari sekolahnya pulang ke rumah dan tidak jajan di sekolah selama sebulan ini, untuk mengumpulkan uang membeli jam tangan kesukaan ibunya.

Tampak sang kakek meneteskan air mata saat selesai menjelaskan hal tersebut, begitu pula dengan tetangganya. Sang ibu segera memeluk anak kesayangannya, keduanya menangis dengan tersedu-sedu?."Maafkan saya, Nak." "Tidak Bu, saya yang bersalah".

Sementara itu, ternyata ayah dari sang anak sudah menikah, tetapi istrinya mandul. Mereka tidak punya anak. Sang ortu sangat sedih akan hal ini, karena tidak akan ada yang mewarisi usaha mereka kelak.

Ketika sang ibu dan anaknya berjalan-jalan ke kota, dalam sebuah kesempatan, mereka bertemu dengan sang ayah dan istrinya. Sang ayah baru menyadari bahwa sebenarnya ia sudah punya anak dari darah dagingnya sendiri. Ia mengajak mereka berkunjung ke rumahnya, bersedia menanggung semua biaya hidup mereka, tetapi sang ibu menolak. Kami bisa hidup dengan baik tanpa bantuanmu.

Berita ini segera diketahui oleh orang tua sang pria. Mereka begitu ingin melihat cucunya, tetapi sang ibu tidak mau mengizinkan.

Di pertengahan tahun, penyakit sang anak kembali kambuh. Dokter mengatakan bahwa penyakit sang anak butuh operasi dan perawatan yang konsisten. Kalau kambuh lagi, akan membahayakan jiwanya.

Keuangan sang ibu sudah agak membaik, dibandingkan sebelumnya. Tetapi biaya medis tidaklah murah, ia tidak sanggup membiayainya.

Sang ibu kembali berpikir keras. Tetapi ia tidak menemukan solusi yang tepat. Satu-satunya jalan keluar adalah menyerahkan anaknya kepada sang ayah, karena sang ayahlah yang mampu membiayai perawatannya.

Maka di hari Minggu ini, sang ibu kembali mengajak anaknya berkeliling kota, bermain-main di taman kesukaan mereka. Mereka gembira sekali, menyanyikan lagu "Shi Sang Chi You Mama Hau", lagu kesayangan mereka. Untuk sejenak, sang ibu melupakan semua penderitaannya, ia hanyut dalam kegembiraan bersama sang anak.

Sepulang ke rumah, ibu menjelaskan keadaannya pada sang anak. Sang anak menolak untuk tinggal bersama ayahnya, karena ia hanya ingin dengan ibu. "Tetapi ibu tidak mampu membiayai perawatan kamu, Nak" kata ibu. "Tidak apa-apa Bu, saya tidak perlu dirawat. Saya sudah sehat, bila bisa bersama-sama dengan ibu. Bila sudah besar nanti, saya akan cari banyak uang untuk biaya perawatan saya dan untuk ibu. Nanti, ibu tidak perlu bekerja lagi, Bu", kata sang anak. Tetapi ibu memaksa akan berkunjung ke rumah sang ayah keesokan harinya. Penyakitnya memang bisa kambuh setiap saat.

Disana ia diperkenalkan dengan kakek dan neneknya. Keduanya sangat senang melihat anak imut tersebut. Ketika ibunya hendak pulang, sang anak meronta-ronta ingin ikut pulang dengan ibunya. Walaupun diberikan mainan kesukaan sang anak, yang tidak pernah ia peroleh saat bersama ibunya, sang anak menolak. "Saya ingin Ibu, saya tidak mau mainan itu", teriak sang anak dengan nada yang polos. Dengan hati sedih dan menangis, sang ibu berkata "Nak, kamu harus dengar nasehat ibu. Tinggallah di sini. Ayah, kakek dan nenek akan bermain bersamamu." "Tidak, aku tidak mau mereka. Saya hanya mau ibu, saya sayang ibu, bukankah ibu juga sayang saya? Ibu sekarang tidak mau saya lagi", sang anak mulai menangis. Bujukan demi bujukan ibunya untuk tinggal di rumah besar tersebut tidak didengarkan anak kecil tersebut. Sang anak menangis tersedu-sedu "Kalau ibu sayang padaku, bawalah saya pergi, Bu". Sampai pada akhirnya, ibunya memaksa dengan mengatakan "Benar, ibu tidak sayang kamu lagi. Tinggallah disini", ibunya segera lari keluar meninggalkan rumah tersebut. Tampak anaknya meronta-ronta dengan ledakan tangis yang memilukan.

Di rumah, sang ibu kembali meratapi nasibnya. Tangisannya begitu menyayat hati, ia telah berpisah dengan anaknya. Ia tidak diperbolehkan menjenguk anaknya, tetapi mereka berjanji akan merawat anaknya dengan baik. Diantara isak tangisnya, ia tidak menemukan arti hidup ini lagi. Ia telah kehilangan satu-satunya alasan untuk hidup, anaknya tercinta.

Kemudian ibu yang malang itu mengambil pisau dapur untuk memotong urat nadinya. Tetapi saat akan dilakukan, ia sadar bahwa anaknya mungkin tidak akan diperlakukan dengan baik. Tidak, ia harus hidup untuk mengetahui bahwa anaknya diperlakukan dengan baik. Segera, niat bunuh diri itu dibatalkan, demi anaknya juga.

Setahun berlalu. Sang ibu telah pindah ke tempat lain, mendapatkan kerja yang lebih baik lagi. Sang anak telah sehat, walaupun tetap menjalani perawatan medis secara rutin setiap bulan.

Seperti biasa, sang anak ingat akan hari ulang tahun ibunya. Uang pun dapat ia peroleh dengan mudah, tanpa perlu bersusah payah mengumpulkannya. Maka, pada hari tersebut, sepulang dari sekolah, ia tidak pulang ke rumah, ia segera naik bus menuju ke desa tempat tinggal ibunya, yang memakan waktu beberapa jam. Sang anak telah mempersiapkan setangkai bunga, sepucuk surat yang menyatakan ia setiap hari merindukan ibu, sebuah kartu ucapan selamat ulang tahun, dan nilai ujian yang sangat bagus. Ia akan memberikan semuanya untuk ibu.

Sang anak berlari riang gembira melewati gang-gang kecil menuju rumahnya. Tetapi ketika sampai di rumah, ia mendapati rumah ini telah kosong. Tetangga mengatakan ibunya telah pindah, dan tidak ada yang tahu kemana ibunya pergi. Sang anak tidak tahu harus berbuat apa, ia duduk di depan rumah tersebut, menangis "Ibu benar-benar tidak menginginkan saya lagi."

Sementara itu, keluarga sang ayah begitu cemas, ketika sang anak sudah terlambat pulang ke rumah selama lebih dari 3 jam. Guru sekolah mengatakan semuanya sudah pulang. Semua tempat sudah dicari, tetapi tidak ada kabar. Mereka panik. Sang ayah menelpon ibunya, yang juga sangat terkejut. Polisi pun dihubungi untuk melaporkan anak hilang.

Ketika sang ibu sedang berpikir keras, tiba-tiba ia teringat sesuatu. Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Ia terlalu sibuk sampai melupakannya. Anaknya mungkin pulang ke rumah. Maka sang ayah dan sang ibu segera naik mobil menuju rumah tersebut. Sayangnya, mereka hanya menemukan kartu ulang tahun, setangkai bunga, nilai ujian yang bagus, dan sepucuk surat anaknya. Sang ibu tidak mampu menahan tangisannya, saat membaca tulisan-tulisan imut anaknya dalam surat itu.

Hari mulai gelap. Mereka sibuk mencari di sekitar desa tersebut, tanpa mendapatkan petunjuk apapun. Sang ibu semakin resah. Kemudian sang ibu membakar dupa, berlutut di hadapan altar Dewi Kuan Im, sambil menangis ia memohon agar bisa menemukan anaknya.

Seperti mendapat petunjuk, sang ibu tiba-tiba ingat bahwa ia dan anaknya pernah pergi ke sebuah kuil Kuan Im di desa tersebut. Ibunya pernah berkata, bahwa bila kamu memerlukan pertolongan, mohonlah kepada Dewi Kuan Im yang welas asih. Dewi Kuan Im pasti akan menolongmu, jika niat kamu baik. Ibunya memprediksikan bahwa anaknya mungkin pergi ke kuil tersebut untuk memohon agar bisa bertemu dengan dirinya.

Benar saja, ternyata sang anak berada di sana. Tetapi ia pingsan, demamnya tinggi sekali. Sang ayah segera menggendong anaknya untuk dilarikan ke rumah sakit. Saat menuruni tangga kuil, sang ibu terjatuh dari tangga, dan berguling-guling jatuh ke bawah?.

Sepuluh tahun sudah berlalu. Kini sang anak sudah memasuki bangku kuliah. Ia sering beradu mulut dengan ayah, mengenai persoalan ibunya. Sejak jatuh dari tangga, ibunya tidak pernah ditemukan. Sang anak telah banyak menghabiskan uang untuk mencari ibunya kemana-mana, tetapi hasilnya nihil.

Siang itu, seperti biasa sehabis kuliah, sang anak berjalan bersama dengan teman wanitanya. Mereka tampak serasi. Saat melaju dengan mobil, di persimpangan sebuah jalan, ia melihat seorang wanita tua yang sedang mengemis. Ibu tersebut terlihat kumuh, dan tampak memakai tongkat. Ia tidak pernah melihat wanita itu sebelumnya. Wajahnya kumal, dan ia tampak berkomat-kamit.

Di dorong rasa ingin tahu, ia menghentikan mobilnya, dan turun bersama pacar untuk menghampiri pengemis tua itu. Ternyata sang pengemis tua sambil mengacungkan kaleng kosong untuk minta sedekah, ia berucap dengan lemah "Dimanakah anakku? Apakah kalian melihat anakku?"

Sang anak merasa mengenal wanita tua itu. Tanpa disadari, ia segera menyanyikan lagu "Shi Sang Ci You Mama Hau" dengan suara perlahan, tak disangka sang pengemis tua ikut menyanyikannya dengan suara lemah. Mereka berdua menyanyi bersama. Ia segera mengenal suara ibunya yang selalu menyanyikan lagu tersebut saat ia kecil, sang anak segera memeluk pengemis tua itu dan berteriak dengan haru "Ibu? Ini saya ibu".

Sang pengemis tua itu terkejut, ia meraba-raba muka sang anak, lalu bertanya, "Apakah kamu ??..(nama anak itu)?" "Benar bu, saya adalah anak ibu?". Keduanya pun berpelukan dengan erat, air mata keduanya berbaur membasahi bumi???. Karena jatuh dari tangga, sang ibu yang terbentur kepalanya menjadi hilang ingatan, tetapi ia setiap hari selama sepuluh tahun terus mencari anaknya, tanpa peduli dengan keadaaan dirinya. Sebagian orang menganggapnya sebagai orang gila?.

Dalam kondisi kritis, Ibu kita akan melakukan apa saja demi kita. Ibu bahkan rela mengorbankan nyawanya?..

Simaklah penggalan doa keputusasaan berikut ini, di saat Ibu masih muda, ataupun disaat Ibu sudah tua :

1. Anakku masih kecil, masa depannya masih panjang. Oh Tuhan, ambillah aku sebagai gantinya.
2. Aku sudah tua, Oh Tuhan, ambillah aku sebagai gantinya.

Diantara orang-orang disekeliling Anda, yang Anda kenal, Saudara/I kandung Anda,
diantara lebih dari 6 Milyar manusia, siapakah yang rela mengorbankan
nyawanya untuk Anda, kapan pun, dimana pun, dengan cara apapun ?

Tidak diragukan lagi
"Ibu kita adalah Orang Yang Paling Mulia di dunia ini"

Hot Water and Heart Attack ( important )

This is a very good article.
Not only about the warm water after your
meal, but about heart attacks.
This makes sense..

the
Chinese and Japanese drink hot tea with their meals...not cold water...maybe it is time we adopt their drinking habit while eating!!!

Nothing to lose, everything to gain...

For those who like to drink cold water, this article is applicable to you. It is nice to have a cup of cold drink after a meal.

However, the cold
water will solidify the oily stuff that you have just consumed. It will
slow down the digestion.

Once this "sludge" reacts
with the acid, it will break down and be absorbed by the intestine faster than the solid food. It will line the intestine.


Very soon, this will turn into fats and lead to cancer. It is best to drink hot soup or warm water after a meal.

A serious note about heart attacks: You should know that not every heart attack symptom is going to be the left arm hurting. Be aware of intense pain in the jaw line.

You may never have the first chest pain during the course of a heart attack.
Nausea and intense sweating are also common symptoms.
60% of people who have a heart attack while they are asleep do not wake up.
Pain
in the jaw can wake you from a sound sleep. Let's be careful and be aware.
The more we know, the better chance we could survive
...

Kamis, 22 Mei 2008

Overwhelming

Always look at the big picture !

but I'm just too shy ( Must Read - Good Story )

10th Grade

As I sat there in English class, I stared at the girl next to me.
She was my so-called "best friend". I stared at her long, silky hair.
I wished she were mine, but she didn't notice me like that. And I knew it.
After class she walked up to me and asked me for the notes she had missed the day before, and I handed them to her.
She said "thanks" and gave me a kiss on the cheek. I wanted to tell her.
I wanted her to know that I don't want to be just friends.
I love her, but I'm just too shy. And I don't know why.

11th Grade

The phone rang. It was her on the other end. She was in tears,
mumbling on and on about how her love had broke her heart. She
asked me to come over because she didn't want to be alone, so I
did. As I sat next to her on the sofa, I stared at her soft eyes,
wishing she was mine. After 2 hours, a Drew Barrymore movie,
and three bags of chips, she decided to go to sleep. She looked at
me, said "thanks," and gave me a kiss on the cheek. I want to tell
her. I want her to know that I don't want to be just friends.
I love her, but I'm just too shy. And I don't know why.

12th Grade

The day before prom she walked to my locker. "My date is sick," she said.
He's not going to go. Well, I didn't have a date and in 7th grade we made a promise that if neither of us had dates we would go together just as "best friends," so we did.
Prom night after everything was over I was standing at her front door step.
I stared at her. She smiled at me and stared at me with her crystal eyes.
I want her to be mine, but she doesn't think of me like that, and I know it.
Then she said, "I had the best time, thanks!" and gave me a kiss on the cheek.
I want to tell her. I want her to know that I don't want to be just friends.
I love her, but I'm just too shy. And I don't know why...

Graduation Day

A day passed. A week passed. A month passed. Before I could blink, it was graduation day.
I watched as her perfect body floated like an angel up on stage to get her diploma.
I wanted her to be mine, but she didn't notice me like that, and I knew it.
Before everyone went home, she came to me in her smock and hat, and she cried as I hugged her. Then, she lifted her head from my shoulder and said, "You're my best friend, thanks!" and gave me a kiss on the cheek.
I want to tell her. I want her to know that I don't want to be just friends.
I love her, but I'm just too shy. And I don't know why…

A Few Years Later

Now, I sit in the pews of the church. She is getting married, now.
I watched her say, "I do" and drive off to her new life, married to another man.
I wanted her to be mine but she didn't see me like that, and I knew it.
But before she drove away, she came to me and said, "You came!" She said, "thanks!" and kissed me on the cheek. I want to tell her. I want her to know that I don't want to be just friends.
I love her, but I'm just too shy. And I don't know why...

Funeral

years passed, and I looked down at the coffin of the girl who used to be my best friend."
At the service they read a diary entry she had wrote in her high school years.

This is what it read:
I stare at him wishing he were mine. But he doesn't notice me like that, and I know it.
I want to tell him. I want him to know that I don't want to be just friends.
I love him, but I'm just too shy, and I don't know why. I wish he would tell me he loved me…
I wish I did too…

I thought to myself, and I cried.

Interview With Rick Warren

This is an absolutely incredible interview with Rick Warren,

"Purpose Driven Life" author and pastor of Saddleback Church in California.
In the interview by Paul
Bradshaw with Rick Warren,

Rick said:
People ask me, What is the purpose of life?

And I
respond: In a nutshell, life is preparation for eternity.

We were made to last forever, and God wants
us to be with Him in Heaven.
One day my heart is
going to stop, and that will be the end of my body-- but not the end of me.

I may live 60 to 100 years on earth, but I am going to spend trillions of years in eternity.
This is the
warm-up act - the dress rehearsal.

God wants us to practice on earth what we will do forever in eternity.
We were made by God and for God,
and until you figure that out, life isn't going to make sense.

Life is a series of problems:
Either you are in one
now, you're just coming out of one,
or you're getting
ready to go into another one.

The reason for this is that God is more interested in your character than your comfort.

God is more interested in making your life holy than He is in making your life happy.
We can be
reasonably happy here on earth, but that's not the goal of life.
The goal is to grow in character, in
Christ likeness.

This past year has been the greatest year of my life
but also the toughest, with my wife, Kay, getting
cancer.

I used to think that life was hills and valleys - you go through a dark time,
then you go to the
mountaintop, back and forth. I don't believe that anymore.

Rather than life being hills and valleys, I believe that it's kind of like two rails on a railroad track,
and at all times you have something good and something bad in your life.

No matter how good things are in your life,
there is
always something bad that needs to be worked on.

And no matter how bad things are in your life,
there
is always something good you can thank God for.
You can focus on your purposes, or you can focus on your problems.

If you focus on your problems,
you're going into
self-centeredness, "which is my problem, my issues, my pain."
But one of the easiest ways to get rid of pain is to get your focus off yourself and onto God and others.

We discovered quickly that in spite of the prayers of hundreds of thousands of people,
God was not going to
heal Kay or make it easy for her.
It has been very
difficult for her, and yet God has strengthened her character,
given her a ministry of helping other
people, given her a testimony,
drawn her closer to Him
and to people.

You have to learn to deal with both the good and the bad of life.
Actually, sometimes learning to deal
with the good is harder.
For instance, this past
year, all of a sudden, when the book sold 15 million copies,
it made me instantly very wealthy.


It also brought a lot of notoriety that I had never had to deal with before.
I don't think God gives you
money or notoriety for your own ego or for you to live a life of ease.

So I began to ask God what He wanted me to do with this money, notoriety and influence.
He gave me two
different passages that helped me decide what to do,
II Corinthians 9 and Psalm 72.

First, in spite of all the money coming in,
we would
not change our lifestyle one bit. We made no major purchases.

Second, about midway through last year, I stopped taking a salary from the church.

Third, we set up foundations to fund an initiative we call The Peace Plan to plant churches,
equip leaders,
assist the poor, care for the sick, and educate the next generation.

Fourth, I added up all that the church had paid me in the 24 years since I started the church,
and I gave it
all back. It was liberating to be able to serve God for free.

We need to ask ourselves: Am I going to live for possessions? Popularity?
Am I going to be driven by pressures?
Guilt? Bitterness? Materialism?
Or am I going to be
driven by God's purposes (for my life)?

When I get up in the morning, I sit on the side of my bed
and say, "God, if I don't get anything else done
today, I want to know You more and love You better."
God didn't put me on earth just to fulfill a to-do list.
He's more interested in what I am than what I do.
That's why we're called human beings, not human
doings.

Happy moments, PRAISE GOD.
Difficult moments, SEEK GOD.
Quiet moments, WORSHIP GOD.
Painful moments, TRUST GOD.
Every moment, THANK GOD.